Pertemuan Renungan APP III Lingkungan
Pertemuan Renungan APP Ke-3 dengan tema " Terlibat dalam membangun Keluarga dan Komunitas yang menyembuhkan dan meneguhkan" diselenggarakan Umat Tarsisius di Rumah Keluarga Bapak Sudiman, pada Minggu 15 Maret 2020.
Sebagaimana Tuhan menghendaki keselamatan bagi semua orang, setiap murid Kristus diutus untuk menghadirkan belas kasih Allah di manapun mereka berada.
Dalam pertemuan ketiga ini, seluruh umat diajak untuk berani memulai sesuatu yang baik dan sederhana di tengah keluarga maupun komunitas hidupnya, agar di tengah keluarga maupun komunitas tersebut, setiap orang dapat menjadi tanda belas kasih Allah sendiri, penyembuh bagi yang sakit, penghibur bagi yang berkesusahan, penolong bagi yang membutuhkan, dan peneguh bagi mereka yang terjatuh.
Pertemuan Renungan APP yang ketiga ini dibawakan atau dimoderatori oleh Bapak Yohanes Wibisono. Pertemuan dibuka dengan sebuah ringkasan tentang bacaan Injil hari ini mengenai "Perumpamaan tentang anak yang Hilang".
Bacaan injil yang dibahas pada pertemuan kali ini menunjukkan dua anak yang memiliki karakter yang sangat kontras. Sang sulung yang begitu patuh pada bapanya dan si bungsu yang membangkang lalu mengejar keinginannya. Pada akhirnya, si bungsu tersadar akan kesalahannya lalu meminta maaf kepada bapanya. Bapa yang menunjukkan belaskasih kepada anaknya lalu memaafkan si bungsu.
Satu pelajaran yang bisa kita lihat, Kita mungkin bisa terlena dengan berkat yang kita terima, yang kita miliki semenjak lahir dan kemudian terlena untuk tidak mensyukuri, merawat dan memanfaatkannya untuk hal yang baik.
Dalam kehidupan keluarga dan komunitas kita sehari-hari, ada orang-orang yang menjadi bagian dari ‘kemewahan’ yang kita miliki. Mengapa disebut kemewahan? Karena tanpa kehadiran mereka, mungkin ritme keseharian kita tidak senikmat yang biasanya kita rasakan.
Apakah kita sudah bersyukur akan kehadiran mereka dalam keseharian kita? Kehadiran seseorang selalu memberikan berkah tertentu dalam proses hidup kita , baik Berkah berupa dukungan riil, moril, ide, maupun semangat.
Kadangkala, kita tidak mensyukuri keberadaan seseorang dalam lingkungan kita karena kita merasa orang itu berlebihan dalam sesuatu hal. Padahal mungkin karakter yang kita anggap berlebihan itu merupakan bentukan dari proses / pengalaman hidupnya. Seperti sang sulung yang menganggap sang Bapa berlebihan dalam menyambut kepulangan dan pertobatan si bungsu.
Dalam kehidupan berkeluarga dan berkomunitas, rasa ketidakadilan kadang dapat atau bahkan sering kita alami. Sikap merasa diperlakukan dengan tidak hormat, dengan kasar ataupun diperlakukan kurang adil menjadi salah satu hal yang mengusik dan membuat kita tidak nyaman. Rasa tidak nyaman kita ini dapat menjadi orang yang terluka dan menarik diri dari pergaulan. Respon tersebut merupakan hal yang wajar, Namun apakah respon tersebut dapat kita terima begitu saja tanpa menggali lebih dalam alasan mengapa kita mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan tersebut.
Pada kesempatan ini, beberapa umat juga membagikan pengalamannya, bagaimana yang mereka rasakan berada di dalam keluarga dan komunitas yang bisa menjadi pembelajaran semua umat Lingkungan Tarsisius untuk semakin baik kedepannya.
Dari Pertemuan Renungan APP yang ketiga ini marilah kita bersama sama seluruh Umat Lingkungan Tarsisius melakukan penggalian dan permenungan akan alasan suatu sikap yang kita terima kadang membutuhkan energi yang besar. Untuk dapat mengungkap dan memahami alasan yang kita peroleh, kita membutuhkan kelegaan hati untuk mengesampingkan ego kita terlebih dahulu. Komunikasi yang dibangun tentunya harus dijalin dalam level yang sejajar untuk mendapatkan pesan yang utuh dan jernih. Disinilah kita membutuhkan kesabaran yang ekstra serta kesediaan hati untuk melakukan refleksi diri yang mendalam.
Pada akhirnya, setiap ketidaknyamanan yang kita rasakan, bila direfleksikan dalam diri kita, dapat menjadi sesuatu hal yang dapat kita syukuri. Mungkin, sesungguhnya ketidaknyamanan yang kita rasakan sejatinya adalah kemewahan yang tidak kita sadari.
Marilah Bapak Ibu Lingkungan Tarsisius yang terkasih, mari kita menunjukkan bentuk belaskasih dan partisipasi kita dalam merawat komunitas kita dengan saling mendoakan umat yang ada dilingkungan kita setiap hari, selama 3 hari berturut-turut. (Memulai dari hal yang singkat, sederhana, pendek dan terukur). Semoga dengan ini komunitas lingkungan Tarsisius dapat menjadi lebih Rukun, Guyub, semangat dan saling mendukung satu sama lain.
Berkah Dalem Gusti :)
Semangat dan tetap Guyub dan Rukun..
ReplyDeleteMantabhhh.... gemah ripah lohjinawi... :-d :-d
Delete